Minggu, 27 November 2016

KARENA DIRIMU

Sampai kapan kau tidak memperhatikanku. Sedang tubuhku telah penuh dengan sajaksajak tentang dirimu. Saat aku dengar suara hentak sepatu tak jauh dari lamunanku, mengira kau hadir di saat aku dilanda hampa. Lalu di waktu seketika saja kau berbeda sapa denganku, kukira kau berlalu di kala kurindu. . Seharusnyakah, daundaun membiarkan dirinya hijau apabila surya terbuka pada segala warna. Aku hanya ingin menjadi daun, menyerap sinarmu tak kenal waktu. . Tak bisakah, anginangin pergi beriring tanpa menghentak sulur batang daun. Meski kutahu, ada dan tanpa, daun tetaplah kelak melayang jatuh pada dekapan rumput dan tanah basah. . Karena dirimu, hidup seketika gila. Hatiku berada di ujung lorong yang gelap. Di antara pudar dan sadar aku melangkah entah. Menumpuk tinggi tabungan harapan dalam sekejap, sewaktuwaktu lenyap menguap. Mungkin begitulah aku karena dirimu, bernafas menjadi irama hentak tanpa melodi. . Karena dirimu, aku lupa bahwa tak sekali pun kau sebut namaku. Meski lisan dan perasaan hampir gugur disapu buih. Saat aku melihatmu berlalu di antara rindurindu, mungkinkah kau hampiriku. Meski semua hanya imajinasi, aku anggap itu sebuah hal yang kunanti. Di halaman depan mataku, kau tak pernah perhatikanku. Dan itulah duka berujung luka, saat aku melihatmu dan kau pergi tanpa pernah sadari keberadaanku. . Cinta ini sepi seketika. Tanganku hampir lumpuh dan tubuhku tak lagi cukup menampung semua arti dirimu. Maka kumohon padamu untuk menghapuskan semua sajak di tubuhku dengan dirimu. Dan himpunlah mereka dalam doa. Karena dirimu adalah sajak yang sebenarnya. Yang tak kuasa di ungkap kata. Dan tak cukup puas digambarkan beribu bahasa. Hapuslah, bersihkan tubuhku. Dengan menyatukannya. . Aku percaya itu. Karena dengan kaulah tanganku masih terus menulis sajak di tubuhku. Semoga kelak kau sadari, bahwa seluruh bumi, bernyanyi merdu untukmu lewat puisi. . (salah satu tulisan dalam buku ‘Barang Kenangan’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar